Meraih Surga dengan Cinta

Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
Cinta, lima huruf yang banyak dibicarakan lisan namun susah untuk didefinisikan. Sebuah kata yang kini laris menjadi komoditas perniagaan. Sayang, banyak pihak yang tidak mengetahui hakikat cinta ini sehingga memosisikannya sebagai pembenar kemaksiatan yang dia lakukan.
Di sisi lain, cinta sejatinya merupakan Ibadah besar jika kita mampu menempatkannya tepat di dalam posnya. Hanya, kita perlu mengetahui bagaimana cara kita beribadah dengan cinta agar kita bisa mendapatkan pahala dari cinta kita.
Pembaca, dakwah Islam memiliki keutamaan yang sangat besar. Cukuplah sebagai keutamaan, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkan.” Ya, orang yang memerintahkan akan mendapat pahala yang sama seperti yang melaksanakannya. Kabar baiknya, kita bisa ikut andil dalam dakwah yang mulia ini. Cukup dengan menyebarkan majalah yang ringan ini kepada, saudara, handai tolan, keluarga, berarti kita telah ikut andil dalam dakwah. Barangkali dengan ini, Allah berkehendak untuk memberikah hidayah dengan perantaraan kita. Siapa tahu?
Akhir kata, mudah-mudahan pembaca dapat menikmati sajian kami dan mendapatkan faedahnya.
Wassalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
Ringkasan:
Telaah 1: Hakikat Cinta
Cinta kepada Allah adalah wajib. Cinta yang disertai dengan sikap pengagugan, pemuliaan, juga penghambaan dan perendahan diri terhadap-Nya. Inilah cinta ibadah yang harus diberikan kepada Allah semata, tidak boleh kepada selainnya sedikitpun.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). [Q.S. Al Baqarah: 165]
Katakanlah: “jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, isteri-isteri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. [Q.S. At-Taubah: 24]
Sungguh tatkala seorang hamba mencintai Allah, tentu Allah tidak akan menyia-nyiakannya, sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya tentang hari kiamat, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang engkau persiapkan untuk menyambutnya?” Orang tersebut menjawab, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam aku tidak mempunyai persiapan dengan melakukan banyak shalat, tidak pula dengan berpuasa untuk menyambutnya. Hanya saja, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang bersama siapa yang dicintainya, dan engkau bersama dengan yang engkau cintai.” Maka, tidaklah kaum muslimin bergembira setelah keislaman mereka sebagaimana kegembiraan mereka mendengar hadits ini.
Telaah 2: Bukti Cinta
  1. Mencintai perkara-perkara yang Allah cintai
  2. Membenci perkara-perkara yang Allah benci
  3. Mendahulukan hal-hal yang Allah dan Rasul-Nya cintai
  4. Mengikuti dan mencontoh Nabi dalam semua pengamalan ibadah
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Q.S. Ali Imran: 31]
Telaah 3: Cinta Terlarang
Cinta yang tercela adalah cinta yang tidak dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat, bahkan bisa jadi akan mengakibatkan mudharat bagi pemiliknya dalam dua kehidupan. Perhatikanlah bagaimana Allah mencela para kekasih yang saling berkasih sayang di atas maksiat kepada Rabbnya, kebencian terhadap agama-Nya dan permusuhan kepada pemeluknya.
Allah berfirman:
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. [Q.S. Az-Zukhruf: 67]
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [Q.S. Al Munafiqun: 9]
Tetapi kalian memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [Q.S. Al-A’la: 16-17]
Figur: Mush’ab bin Umair
Keteladanan dalam Cinta. Sahabat yang rela meninggalkan nikmatnya dunia di tangan orang tuanya menuju cinta Rabbnya.  Pemuda tampan dan gagah ini lebih memilih cinta Rabbnya meskipun kehilangan kekayaan dan kedudukan yang dahulu dia miliki. Beliau berjalan di atas jalan dakwah dan meninggal syahid dalam pertempuran. Semoga Allah meridhai dan merahmatinya.
Tafsir: Jika Engkau Cinta…
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Q.S. Ali Imran: 31]
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. [Q.S. An-Nisa’: 80]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Q.S. Al-Hasyr: 7]
Hadits: Mengecap Manisnya Iman dengan Cinta
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga hal, barangsiapa yang tiga hal itu ada padanya, maka ia akan mendapatkan manisnya keimanan: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah; seorang yang tidak mau kembali kedalam kekufuran, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan kedalam api neraka.” [HR Al Bukhari dan Muslim]
Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa untuk mendapatkan manisnya iman, seorang dapat melakukan tiga perkara:
  1. Allah serta Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya. Keduanya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang riwayat dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku,” Maka Rasulullah bersabda, “Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, (tidak benar), sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Umar berkata, “Sekarang wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Rasulullah bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai Umar.” [HR Al-Bukhari]
  2. Mencintai seseorang karena Allah. Seorang yang mencintai Allah tentu akan mencintai apa yang Allah cintai. Ketika Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang shalih maka kita pun harus mencintai mereka. Meskipun kita tidak bisa memastikan seseorang shalih di sisi Allah atau tidak, namun kita bisa menilainya dari lahiriahnya yaitu pengamalan syariat yang dilakukan. Tatkala ia senang mengamalkan amalan shalih dan meninggalkan keharaman maka ketika itulah kita mencintainya.
  3. Benci kembali kepada kekafiran. Kekafiran adalah lawan dari keimanan. Seseorang akan mendapatkan manisnya keimanan tatkala terkumpul padanya kecintaan teradhiyallahu ‘anhudap perkara-perkara keimanan dan kebencian atas perkara-perkara yang menggugurkannya.
Telisik: Atas Nama Cinta
Cinta. Kata yang dianggap suci ini semakin laris digunakan. Tema cinta seakan sebuah topik sakti untuk menyedot peradhiyallahu ‘anhutian publik dan menarik simpati. Sayang tak jarang, kata yang dianggap suci ini digunakan untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah ‘Azza wa Jalla.
Tema cinta memang selalu menarik peradhiyallahu ‘anhutian. Sebuah kata yang kini lebih dominan bermakna rasa yang terjalin antara dua lawan jenis ini memiliki pengaruh yang dalam pada seseorang. Karena cinta, seseorang yang dahulunya penakut bisa berubah menjadi pemberani. Karena cinta, seseorang rela memberikan segala yang dia miliki.
Dengan kata cinta pula, banyak dari kita merasa iba dan simpati kepada orang yang memilikinya. Sehingga banyak dari kita tidak tega untuk memisahkan antara dua orang yang saling mencinta. Disayangkan, begitu banyak media –baik cetak maupun elektronik- memberikan pemahaman yang keliru mengenai cinta dan konsekuensinya. Tulisan-tulisan yang dibuat pun ikut andil dalam mencitrakan cinta melenceng dari seharusnya. Sehingga, tak jarang cinta yang dimaksud oleh orang-orang adalah cinta yang mengandung kemaksiatan.
Tazkiyatun Nufus: Tiga Kalbu
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Q.S. Al Isra’; 36]
Macam-Macam Kalbu
1.       Kalbu yang Sehat
Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. [Q.S. Asy-Syuara’: 88,89]
Yaitu kalbu yang selamat dari nafsu yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya.
2.       Kalbu yang Mati
Kalbu yang tidak pernah cinta dan ridha kepada-Nya, bahkan tenggelam dalam nafsu syahwatnya. Tidak peduli dengan apapun walaupun menyebabkan kemurkaan Rabb-nya. Hawa nafsu sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai penuntunya, dan lalai sebagai tunggangannya. Allah Ta’ala berfirman:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Q.S. Al Jatsiyah: 23]
[1]. Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
3.       Kalbu yang Sakit
Yaitu kalbu yang masih memiliki kehidupan tetapi terjangkiti oleh penyakit.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengkaruniakan kepada kita kalbu yang sehat, kalbu yang istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya hingga bertemu dengan-Nya. Aamiin.
Bukankah ketika cinta menggebu kita ingin segera mendapatkan dan memilikinya? Atau hanya sekedar melihat sebagai pengobat rindu? Kadang rela mengorbankan sesuatu yang paling beradhiyallahu ‘anhurga atau bahkan segala-galanya? Untuk yang dicinta…
Saat kita cinta kepada Allah, maka Allah berfirman: (yang artinya)
“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS Al Ankabut: 5]
Ketika Allah mengetahui besarnya kerinduan para wali-Nya untuk bertemu dengan Allah, maka Allah tetapkan bagi mereka ajal dan waktu pertemuan-Nya yang membuat tenang jiwa-jiwa mereka.
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang senang berjumpa dengan Allah, Allah pun senang dengan perjumpaannya.” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
Seberapakah kecintaan dan kerinduan kita kepada-Nya? Dan seberapakah kadar persiapan kita untuk bertemu yang dicinta?
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 02 vol. 01 1432 H-2011 M “Meraih Surga dengan Cinta”
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Meraih Surga dengan Cinta"

Posting Komentar